Kamis, 28 November 2013

Ukhti, ada jurang antara kita :(

Diposting oleh Nurul Hasanah di 14.39
Assalamualaikum sahabat,

akhirnya penghujung minggu datang juga, yah tadinya mau posting tulisan yang ditumpuk dalam otak ini besok, tapi berhubung ini lagi ada waktu luang sebelum kuliah lagi ya sok sekarang aja, udah ga sabar pengen nulis nih hehehe..

Di tulisan ini ana mau curhat aja lah simpel nya, sebenernya ada beberapa point yang udah ana tulis di kertas kecil sih apa aja yang mau diposting.

Hmmm kebanyakan pembukaan langsung masuk ke ceritanya aja deh hehe..
Beberapa hari ini ada beberapa orang yang ngajak berjabat tangan (non mahram ana), pertama tepatnya minggu lalu, jumat malam setelah pulang biologie praktikum. Ana di kasih tumpangan sama temen ana sampe Mainstation yang kebetulan dia mau ngejemput pacarnya, ya lumayan lah ga perlu nunggu tram hahaha
Keluar dari mobil, si cowok udah nunggu di sebelah pintu. Ana keluar dan berkenalan dengan dia, dia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dan sebagai tanda perkenalan, nah sontak ana langsung menolak dengan sedikit melambaikan tangan tanda penolakkan. Lalu dengan kilat ana pamit ke temen ana. Keduanya senyum dan memaklumi (mudah-mudahan).. Nah lain cerita nya dengan semalem. Semalem ana ke perpustakaan sama Aisha, teman muslimah dari Austria yang di postingan sebelumnya udah ana ceritain. Pas lagi nyari tempat kosong, kita ketemu dengan salah satu mahasiswa indonesia, cowok, sebut saja Aba. Begitu si Abab ngeliat aku dia langsung senyum dan menyodorkan tangannya seraya menanyakkan kabar. Aku memberikan simbol khas seorang akhwat yang tidak mau berjabatan tangan dengan non mahram. Si abar memaklumi. Setelah sedikit sapa menyapa, aku dan aisya kembali berjalan menuju tempat kosong.

Ternyata apa yang ana lakukan tadi dipandang aneh dan tidak normal oleh Aisha. Dia lantas menegorku dan mengkritik,

"Nurul, apa yang kamu lakuin tadi"
Aku pun menjawab dengan tegas "ya dia bukan mahram, kita ga boleh besalaman dengan dia"
A: "kenapa, kan disini normal!"
N: "Aisyaa, Allah ga cuma ada di Indonesia saja, ga cuma ada di Arab atau Austria aja, tapi Allah ada selalu untuk mengawasi kita"
A: "ya terus kalo ada profesor yang mengenalkan dirinya dan mengajak bersalaman?"
N: "ya lakuin aja seperti yang aku lakuin tadi"
A: "Hey dia Profesor! Dan dia ga akan ngerti sama apa yang kamu lakuin barusan"
N: "ya kalo dia ga ngerti itu tugas kita buat ngejelasin"
A: "ya tapi tetep aja dia Profesor"
N: "ya tetep aja kita harus ngejelasin biar dia ngerti, kalo dia belum ngerti. Kita yang sudah tau, dan kita lah yang memberi tahu aisya"

Aisya merenggut tangan ku sembari mempraktekkan cara salaman yang benar, tangan bertemu tangan.

A: "seperti ini lebih baik" (sambil menyalami ku)
N: "Enggak aisyaa"

Sebelumnya aku pernah posting salah satu gambar yang menunjukkan bahwa antara non mahram tidak boleh berjabat tangan, ternyata dia ngeliat dan langsung koment. Di liat dari koment nya, itu merupakkan hal tidak wajar bagi dia. Dan ternyata dugaan ku benar. Dia mewajarkan berjabatan tangan dengan siapapun. Dan menganggap apabila kita menolak untuk hal itu, itu adalah suatu tindakkan tidak normal.


Aisya mengakhiri perdebatan singkat kita karena mengejar waktu sholat maghrib yang sebenarnya sudah habis..

Setelah sholat dia datang ke tempat kami tadi, aku yang tengah sibuk membaca artikel tentang tata cara makan dan minum sesuai sunah nabi dan artikel soal larangan berjabatan tangan non mahram langsung memberikan layar komputer ke aisya agar ia membaca beberapa hadis yang bertuliskan dalam bahasa arab gundul. Jelas dibawahnya ada terjemahan bahasa indo nya dong, kalo enggak mana ngerti aku. Oiya aku nunjukin hadis-hadis itu gegara, sebelum sampai perpust kita berjalan di City Center. Nah di sini sedang ada Weinachtsmarkt (macam pasar malem kalo di indo, tapi khusus menjelang natal). Di Jalan dia ngajakin beli Waffel (jajanan khas jerman), aku menolak nya dengan bilang, "kita kan mau belajar aisy bukan mau jajan hehhe.. " Aisya sontak ngejawab "ya kita makan sambil jalan aja". Nah ana makin kaget dan langsung bilang ke aisya kalo hal itu ga baik. Dia langsung dengan kritis nya khas orang barat langsung nanya, "kenapa ga boleh, aku di Austria dan teman-temanku lainnya itu normal-normal aja kok, biasa-biasa aja kok, makan sambil berdiri, makan sambil berjalan" aku lalu bertutur "nabi kita tidak mengajarkan demikian aisya". Selama perjalanan ke perpustakaan aisya masih menggerutu dan belum terima. Dia menganggap budaya orang barat yang menurut ku telah meresap dan melekat pada diri nya itu normal. Aku mencoba berkhusnudzon dan ga men"judge" dia, namun sejauh aku berteman dengannya, aku merasakan hal tersebut. Aku takut budaya barat yang dianggapnya normal dan wajar itu menghilangkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran sang pedoman umat. Perlahan demi perlahan sedikit demi sedikit itumulai terjadi. Aku mencoba menganalisis apa yang aku rasakan tersebut. Dan mi=uncullah beberapa point yang masih mengambbang dalam kepalaku. Mungkin dia terpengaruh oleh lingkungan tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Walaupun lahir di Austria sebagai seorang muslimah tetap saja kaum muslim adalah bangsa minoritas disana. Kaum atheis yang diganderungi masyarakat barat pada umumnya mendominasi setiap tempat. Yah mungkin dia telah melebur karena awalnya membaur. Ini Perspektiv yang paling positiv yang bisa aku ungkapkan, menghindari "suudzon". Semoga saudari ku itu lekas menjemput dan lekas diberikan hidayah-Nya aamiin...

Kita ini sama ukhti, kita ini satu, kita tidak berbeda. Jangan sampai budaya barat menjadikan jurang pembeda antara kita, karena sesungguhnya kita adalah Saudara :")

Kayaknya segini dulu deh (padahal masih banyak yang pengen ditulis :( ) Insyaallah disambung dengan cerita lainnya,, salam ukhuwah :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Autumn itu Maple Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea